HUBUNGAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA DENGAN KESENIAN DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Untuk
memenuhi tugas Pendidikan Multikultural
Dosen Pengampu :
Drs. Wadji,
M. Pd
Disusun oleh :
Meryana Romulus (130401080013)
Riski Juni Sukowardhani (130401080032)
Vinsenlaus Dirman (130401080019)
Wiwin Nur Indah Sari (130401080001)
Yuliana Rivi (130401080027)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36. Dan merupakan bahasa persatuan
bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar
menggunakannya sebagai bahasa ibu, karena dalam percakapan sehari-hari yang
tidak resmi masyarakat Indonesia.
Orang Indonesia yang berbahasa
Indonesia pada hakikatnya adalah orang dari suku-suku bangsa yang memiliki
karakter jiwa kebudayaan lokalnya yang berbicara dengan bahasa nasional dan
bahasa persatuannya. Untuk itu orang asing yang berkomunikasi dengan orang
Indonesia dengan bahasa Indonesia yang telah dipelajarinya, paling tidak ia
telah mempelajari linguistik bahasa Indonesia dalam konteks ruang dan waktu
kebudayaan, kepribadian, dan pola-pola tindakan “manusia” Indonesia. Hakikat bahasa adalah sesuatu yang akan diajarkan something to be learn sedangkan
sesuatu yang menyangkut pemikiran atau something to be tought tidak
diperhatikan (Syamsuddin, 1985:126). Mempelajari bahasa tidak cukup hanya
menguasai language form, tetapi harus dilengkapi dengan language use dan
situasi yang tepat (Syamsuddin, 1985:128). Pemilihan bahasa dan seni yang
mencakup sastra sebagai objek kajian.
Kesenian adalah bagian dari suatu
kebudayaan dan merupakan sarana tempat mengekspresikan rasa keindahan yang ada
dalam diri seseorang. Kesenian juga dapat difungsikan sebagai penentuan norma
perilaku seseorang dalam meneruskan adat istiadat dan nilai–nilai kebudayaan yang ada didaerahnya. Dengan mengembangkan
kesenian yang dimiliki tiap – tiap daerah dapat juga kita manfaatkan dalam
mengembangkan kekerabatan dan solidaritas antar daerah. Kesenian dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu, seni klasik, seni teater, seni tari dan seni drama.
Masing – masing daerah memiliki karakter dan nilai seni yang unik dan berbeda –
beda.
Setelah kita mengetahui apa itu
bahasa, sastra dan kesenian maka adapun hubungan antara kesenian dengan bahasa
dan sastra Indonesia adalah Bahasa merupakan kebudayaan yang
pertama dimiliki setiap manusia dan bahasa itu dapat berkembang karena akal
atau sistem pengetahuan manusia. Atas dasar itu, hubungan bahasa dengan seni
adalah bahasa sebagai sarana pengembangan seni. Seni yang ada di Indonesia
dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Kesenian yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia adalah kesenian yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat
Indonesia. Sarana untuk memahami kesenian adalah bahasa Indonesia.
Dari uraian latar belakang diatas,
rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalh ini adalah : Mengetahui arti
dari bahasa dan sastra Indonesia, mengetahui arti dari kesenian, hubungan
kesenian dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan pendidikan
multikultural.
Sedangkan tujuannya adalah memberikan
pembahasan tentang pengertian kesenian, bahasa dan sastra Indonesia dan memberikan
gambaran hubungan kesenian dengan pembelajaran multikultural dan pembelajaran
bahasa Indonesia baik mulai tingkat SD sampai tingkat Perguruan Tinggi.
BAB II
DEFINISI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2.1
Definisi
Bahasa Indonesia
Memasuki
era globalisasi dan teknologi informasi, bahasa Indonesia tidak saja dilihat
sebagai aset kebudayaan melainkan merupakan sarana perhubungan dan aset di
bidang ekonomi, politik, dan strategi hubungan global, misalnya semakin
dipelajarinya bahasa Indonesia di Jepang, Australia, Amerika, dll. Dengan
demikian bahasa Indonesia telah menjadi bahasa kedua di negara-negara berbahasa asing yang
dipelajari dan diajarkan, khususnya untuk kepentingan politik, ekonomi dan
pengembangan hubungan global.
Secara
historis telah diketahui bahwa bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa
nasional sejak Sumpah Pemuda 1928 yang menyatakan “ Kami Bangsa Indonesia
mengaku Berbahasa yang Satu Bahasa Indonesia”. Padahal bahasa Indonesia yang
dinyatakan sebagai bahasa persatuan merupakan salah satu bahasa daerah di
Nusantara yaitu bahasa Melayu, sedangkan di luar daerah berbahasa Melayu, masih
banyak bahasa daerah lain yang kalau dilihat dari sejarah kebudayaan, sastra
dan penuturnya lebih besar, seperti bahasa Jawa, dll. Oleh karena itulah secara
psikologis, terdorong oleh sifat
nasionalisme yang tinggi serta “beberapa kearifan lokal” menjadikan suku-suku
lain menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dengan nama Bahasa
Indonesia. Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi,
bahasa negara dan bahasa nasional dan
dikukuhkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Menurut Van Wijk (1985:25), bahasa adalah sarana bagi manusia untuk
mengungkapkan pikirannya, apakah dengan bunyi yang diucapkan yang mempunyai
arti tetap. Hidayat (2006:22) berpendapat bahwa bahasa merupakan salah satu
aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan umat manusia. Ketidalaksana
dalam Hidayat (2006:22) memberikan batasan bahasa sebagai sistem lambang
arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi dan
mengidentifikasi diri. Senada dengan pendapat Ernest dalam Bachtiar (2008:175)
yang menyebutkan bahwa manusia sebagai makhluk yang menggunakan lambang/simbol.
Oleh karena itu Bloch dan Trager dalam Bachtiar (2008:176) menyatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Menurut Keraf dalam bahasadanseni, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat, berupa lambang
bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Senada dengan pendapat
Sturtevent, mengungkapkan bahwa bahasa adalah sistem lambang sewenang-wenang,
berupa bunyi yang digunakan oleh anggota suatu kelompok sosial untuk kerjasama
dan saling berhubungan. Tidak jauh berbeda dengan pandangan Carrol dalam bahasa yang mengutarakan bahasa adalah sebuah sistem
berstruktur mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya mana suka,
yang digunakan atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh
sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda,
peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.
Menurut Sugono (2004:3), bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan
komunikasi dalam kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan,
ilmu, dan teknologi. Sugono (2004:17) menguraikan bahwa dalam berbahasa manusia
dapat memanfaatkan peragaan seperti gerak tangan, mimik muka, dan sebagainya
untuk membantu kepahaman pengungkapan ide, pengalaman, sikap dan rasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik bertalian dengan tersampaikannya
informasi yang dinyatakan (Sugono, 2004:21). Syamsuddin (1985:12) mengatakan
bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap
pekerjaannya. Pada waktu manusia kelihatan tidak berbicara, pada hakikatnya ia
masih juga memakai bahasa, karena bahasa ialah alat yang dipakainya untuk
pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya
untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.
Bahasa
memiliki fungsi umum dan fungsi khusus.Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai
alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk
mengadakan adaptasi sosial.Sedangkan fungsi
bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan
sehari-hari, mewujudkan seni
(sastra), serta mempelajari naskah-naskah kuno.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah perwujudan sistem lambang berupa bunyi digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat
tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui
bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku,
tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala
bentuk masyarakat. Selain itu, manusia juga mampu menciptakan suatu kreativitas
yang luar biasa dan mengandung keindahan yang biasa disebut seni.
2.2
Definisi
Sastra
“ Kata
sastra dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa
Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan,
mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya
menunjukkan alat, suasana.Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar,
buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku
arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su-
berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter”.
Kutipan
di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi
instruksi dan petunjuk kepada pembaca. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 )
mengatakan bahwa sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Damono
( 1984 : 10) mengatakan bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium : bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan social
Fananie ( 2000 : 132 ) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni yang merupakan
ekspresi kehidupan manusia .
Bahasa
merupakan unsur penting dalam dunia sastra.Bahasa digunakan sastrawan sebagai
media untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada masyarakat luas. Dalam dunia sastra, bahasa
dapat dikatakan sebagai jembatan yang menghubungkan sastrawan dan masyarakat
luas.
Sebagian
orang menganggap bahasa sastra berbeda dengan bahasa dalam kehidupan kita
sehari-hari. Sebenarnya keduanya sama saja. Jika antara yang satu
dengan yang kedua berbeda, masyarakat luas tidak akan mengerti bahasa yang
digunakan sastrawan dalam karya sastra yang diciptakannya. Padahal,
kenyataannya bahasa sastra dimengerti oleh masyarakat luas. Hal yang terakhir
ini menunjukkan bahwa bahasa sastra dan bahasa dalam kehidupan nyata kita sehari-hari
adalah sama.
Seni sastra
di Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sastra berarti seni di bidang
bahasa, yang gaya bahasa atau ungkapan ceritanya mengandung unsur-unsur
estetika sehingga memberikan rasa keindahan bagi pendengar atau pembacanya.
Seni sastra merupakan suatu karya seni yang dituangkan dalam bahasa dan kata
dengan nuansa keindahan tertentu. Karya sastra terbagi menjadi sastra tertulis
dan sastra lisan. Sastra tertulis mencakup prasasti, aksara, manuskrip (naskah
kuno). Sastra lisan mencakup sastra wayang, epos, pantun, dan cerita-cerita
rakyat.
BAB
III
KESENIAN
3.1
Pengertian Kesenian
Kesenian adalah bagian dari
budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan
dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa
manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi
menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan
nilai-nilai kebudayaan. SecaAra
umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Dalam Kamus
Praktis Bahasa Indonesia (2007: 311), seni diartikan sebagai
kesanggupan akal untuk menciptkan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa).
Untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi itu, maka diperlukan bahasa
sebagai medianya. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena
itu merupakan sinonim dari ilmu sehingga tidak heran jika seni sering kita
jumpai dalam dunia pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan
dan dapat menggerakkan jiwa manusia.Kata seni berasal dari kata sani
yang berarti jiwa yang luhur/ ketulusan jiwa.
Syamsuddin (1985:145) mengutarakan bahwa istilah seni
dipergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat art personal, kreatif,
dan original.
Semua materi yang terkandung dalam suatu kesenian diperoleh manusia secara
sadar lewat proses belajar. Lewat kegiatan belajar inilah diteruskan kesenian
dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Maka kesenian diteruskan
dari generasi ke generasi. Kesenian yang telah lalu bereksistensi pada masa
kini, dan kesenian masa kini akan disampaikan ke masa yang akan datang.
Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang
diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk
dijelaskan dan juga sulit dinilai. Senada dengan pernyataan Herberd Reed dan
Lowenheld (1982) mengungkapkan bahwa seni pada dasarnya sulit untuk dipahami
dan dijelaskan dengan fakta karena seni merupakan suatu fenomena yang dapat
diukur. Kata seni itu sendiri sudah diberi tambahan kata misalnya: seni tari,
seni musik, seni rupa, dan sebagainya. Seni berfungsi untuk menyampaikan baik
kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin.
Sekalipun demikian, banyak seniman mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme
dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang
bermaksud cinta).
Berdasarkan pendapat mengenai seni
tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni adalah hasil karya manusia yang berasal
dari kesanggupan mereka untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa. Tidak semua manusia bisa
menghasilkan suatu karya yang luar biasa tergantung akal yang dimiliki
manusia.Semakin tinggi kreativitas yang mereka punya semakin tinggi juga nilai
karya yang diciptakan.
Melalui seni, manusia mampu berinteraksi dan
berkomunikasi, baik melalui gerakan, suara, maupun alat musik. Untuk mengadakan
interaksi dan komunikasi tersebut, seni menggunakan bahasa sebagai medianya.
Hal ini merupakan salah satu korelasi antara bahasa dengan seni
3.2 Cabang – cabang Seni
1.
Seni Rupa
a. Pengertian
Seni Rupa
Seni
rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan.Kesan ini diciptakan dengan mengolah
konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan
acuan estetika.Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa
murni atau seni murni, kriya, dan desain.
Seni
rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi
pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan
produksi.
b.
Unsur – unsur Seni Rupa
1.
Titik
Titik
adalah unsur seni rupa yang paling dasar. Titik dapat melahirkan suatu wujud
dari ide-ide atau gagasan yang kemudian akan melahirkan garis, bentuk, atau
bidang. Teknik lukisan yang menggunakan kombinasi berbagai variasi ukuran dan
warna titik dikenal dengan sebutan Pointilisme.
2.
Garis
Menurut jenisnya, garis dapat dibedakan menjadi garis lurus, lengkung, panjang, pendek, horizontal, vertikal, diagonal, berombak, putus-putus, patah-patah, spiral dan Iain-Iain. Kesan yang ditimbulkan dari macam-macam garis dapat berbeda-beda, misalnya garis lurus berkesan tegak dan keras, garis lengkung berkesan lembut dan lentur, garis patah-patah berkesan kaku, dan garis spiral berkesan lentur.
Menurut jenisnya, garis dapat dibedakan menjadi garis lurus, lengkung, panjang, pendek, horizontal, vertikal, diagonal, berombak, putus-putus, patah-patah, spiral dan Iain-Iain. Kesan yang ditimbulkan dari macam-macam garis dapat berbeda-beda, misalnya garis lurus berkesan tegak dan keras, garis lengkung berkesan lembut dan lentur, garis patah-patah berkesan kaku, dan garis spiral berkesan lentur.
Sedangkan menurut wujudnya
garis dapat dibedakan menjadi:
§ Garis
nyata, merupakan garis yang dihasilkan dari coretan atau goresan lengkung.
§ Garis
semu, merupakan garis yang muncul karena adanya kesan balans pada bidang, warna
atau ruang.
3.
Bidang
Bidang merupakan pengembangan garis yang membatasi suatu bentuk sehingga membentuk bidang yang melingkupi dari beberapa sisi. Bidang mempunyai sisi panjang dan lebar, serta memiliki ukuran.
Bidang merupakan pengembangan garis yang membatasi suatu bentuk sehingga membentuk bidang yang melingkupi dari beberapa sisi. Bidang mempunyai sisi panjang dan lebar, serta memiliki ukuran.
4.
Bentuk
Bentuk juga dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Bentuk geometris
Bentuk geometris merupakan bentuk yang terdapat pada ilmu ukur meliputi:
1. Bentuk kubistis, contohnya kubus dan balok.
2. Bentuk silindris, contohnya tabung, kerucut, dan bola.
b. Bentuk nongeometris
Bentuk nongeometris berupa bentuk yang meniru bentuk alam, misalnya manusia, tumbuhan, dan hewan.
Bentuk juga dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Bentuk geometris
Bentuk geometris merupakan bentuk yang terdapat pada ilmu ukur meliputi:
1. Bentuk kubistis, contohnya kubus dan balok.
2. Bentuk silindris, contohnya tabung, kerucut, dan bola.
b. Bentuk nongeometris
Bentuk nongeometris berupa bentuk yang meniru bentuk alam, misalnya manusia, tumbuhan, dan hewan.
5.
Ruang
Ruang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Ruang dalam bentuk nyata, misalnya ruangan pada kamar, ruangan pada patung. Ruang dalam bentuk khayalan (ilusi), misalnya ruangan yang terkesan dari sebuah lukisan.
Ruang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Ruang dalam bentuk nyata, misalnya ruangan pada kamar, ruangan pada patung. Ruang dalam bentuk khayalan (ilusi), misalnya ruangan yang terkesan dari sebuah lukisan.
6.
Warna
Kesan yang timbul oleh pantulan cahaya pada mata disebut warna.
Kesan yang timbul oleh pantulan cahaya pada mata disebut warna.
7.
Tekstur
Tekstur adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah karya seni rupa. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda. Tekstur dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu.Tekstur nyata adalah nilai raba yang sama antara penglihatan dan rabaan. Sedangkan tekstur semu adalah kesan yang berbeda antara penglihatan dan perabaan.
Tekstur adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah karya seni rupa. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda. Tekstur dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu.Tekstur nyata adalah nilai raba yang sama antara penglihatan dan rabaan. Sedangkan tekstur semu adalah kesan yang berbeda antara penglihatan dan perabaan.
8.
Gelap Terang
Suatu objek bisa memiliki intensitas cahaya yang berbeda pada setiap bagiannya. Demikian pula pada karya seni rupa. Seperti lukisan pemandangan alam. Adanya perbedaan intensitas cahaya akan menimbulkan kesan mendalam.
Suatu objek bisa memiliki intensitas cahaya yang berbeda pada setiap bagiannya. Demikian pula pada karya seni rupa. Seperti lukisan pemandangan alam. Adanya perbedaan intensitas cahaya akan menimbulkan kesan mendalam.
c.
Prinsip-prinsip Seni Rupa
Terdapat beberapa prinsip dalam menyusun komposisi suatu bentuk karya seni rupa, yaitu:
Terdapat beberapa prinsip dalam menyusun komposisi suatu bentuk karya seni rupa, yaitu:
·
Kesatuan (unity)
Kesatuan adalah pertautan
bagian-bagian dalam sebuah karya seni rupa. Kesatuan merupakan prinsip yang
utama di mana unsur-unsur seni rupa saling menunjang satu sama lain dalam
membentuk komposisi yang bagus dan serasi. Untuk menyusun satu kesatuan setiap
unsur tidak harus sama dan seragam, tetapi unsur-unsur dapat berbeda atau
bervariasi sehingga menjadi susunan yang memiliki kesatuan.
·
Keselarasan (harmony)
Keselarasan adalah hubungan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna untuk menciptakan keselarasan.
Keselarasan adalah hubungan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna untuk menciptakan keselarasan.
·
Penekanan (kontras)
Penekanan adalah kesan yang diperoleh karena adanya dua unsur yang berlawanan.Perbedaan yang mencolok pada warna, bentuk, dan ukuran akan memberikan kesan yang tidak monoton.
Penekanan adalah kesan yang diperoleh karena adanya dua unsur yang berlawanan.Perbedaan yang mencolok pada warna, bentuk, dan ukuran akan memberikan kesan yang tidak monoton.
·
Irama (rhytm)
Irama adalah pengulangan satu atau beberapa unsur secara teratur dan terus-menerus. Susunan atau perulangan dari unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan variasi warna. Perulangan unsur yang bentuk dan peletakannya sama akan terasa statis, sedangkan susunan yang diletakkan bervariasi pada ukuran, warna, tekstur, dan jarak akan mendapatkan susunan dengan irama yang harmonis.
Irama adalah pengulangan satu atau beberapa unsur secara teratur dan terus-menerus. Susunan atau perulangan dari unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan variasi warna. Perulangan unsur yang bentuk dan peletakannya sama akan terasa statis, sedangkan susunan yang diletakkan bervariasi pada ukuran, warna, tekstur, dan jarak akan mendapatkan susunan dengan irama yang harmonis.
·
Gradasi
Gradasi adalah penyusunan warna berdasar kantingkat perpaduan berbagai warna secara berangsur-angsur.
Gradasi adalah penyusunan warna berdasar kantingkat perpaduan berbagai warna secara berangsur-angsur.
·
Proporsi
Proporsi atau kesebandingan yaitu membandingkan bagian-bagian satu dengan bagian lainnya secara
keseluruhan. Misalnya membandingkan ukuran tubuh dengan kepala, ukuran objek dengan ukuran latar, dan kesesuaian ukuran objek satu dengan objek lainnya yang dekat maupun yang jauh letaknya.
Proporsi atau kesebandingan yaitu membandingkan bagian-bagian satu dengan bagian lainnya secara
keseluruhan. Misalnya membandingkan ukuran tubuh dengan kepala, ukuran objek dengan ukuran latar, dan kesesuaian ukuran objek satu dengan objek lainnya yang dekat maupun yang jauh letaknya.
·
Keserasian
Keserasian merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur rupa walaupun
berasal dari berbagai bentuk yang berbeda. Tujuan keserasian adalah menciptakan keselarasan dan
keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda.
Keserasian merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur rupa walaupun
berasal dari berbagai bentuk yang berbeda. Tujuan keserasian adalah menciptakan keselarasan dan
keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda.
·
Komposisi
Komposisi adalah menyusun unsur-unsur rupa dengan mengorganisasikannya menjadi susunan yang bagus, teratur, dan serasi.
Komposisi adalah menyusun unsur-unsur rupa dengan mengorganisasikannya menjadi susunan yang bagus, teratur, dan serasi.
·
Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kesan yang didapat dari suatu susunan yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daya tarik yang sama pada tiap-tiap sisi susunan.
Keseimbangan adalah kesan yang didapat dari suatu susunan yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daya tarik yang sama pada tiap-tiap sisi susunan.
·
Aksentuasi
Aksentuasi adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada di sekitamya.
Aksentuasi adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada di sekitamya.
2.
Seni Tari/gerak
Unsur
utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali
lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.Tari adalah keindahan ekspresi
jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui
estetika.Unsur-Unsur seni tari
ü Unsur-unsur
keindahan tari :
§ Gerak
terdiri dari watak/murni, maknawi,Refleks ,spontan
§ Iringan
terdiri dari iringan internal dan iringan eksternal
§ Tata
rias dan Busana
§ Tema
§ Tempat
dan panggung
3.
Seni Suara/Vocal/Musik
Musik menurut Aristoteles mempunyai
kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme.Setelah mengerti pengertian diatas , maka berikut
beberapa Definisi tentang Seni Musik antara lain :
Seni Musik adalah bagian dari aktivitas
kultur dan sosial manusia , dimana seni musik untuk mengekspresikan perasaan
dan idenya.
Seni Musik adalah kesenian yang berupa
bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar , dan sebagai
karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
4.
Seni Sastra
Seni
Sastra adalah hasil budaa ang dapat di artikan sebagai bentuk upaa manusia
untuk mengungkapkan gagasanna melalui bahasa ang lahir dari peasaan dan
pemikian.
5.
SeniTeater/drama
Seni Teater adalah seni
yang kompleks, artinya dapat bekerjasama dengan cabang seni lainnya.Di
Indonesia mempunyai dua teater, diataranya adalah :
-
Teater Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.
Contoh:
- Ketoprak dari Yogyakarta
- Ludruk dari Surabaya
- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta
- Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.
Contoh:
- Ketoprak dari Yogyakarta
- Ludruk dari Surabaya
- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta
- Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
Ciri-ciri Teater Tradisional
1. Pementasan
panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),
2. Pementasan
sederhana,
3. Ceritanya
turun temurun.
-
Teater Modern
Teater Modern adalah
cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra.
contoh Teater Modern :drama, teater, sinetron dan film
contoh Teater Modern :drama, teater, sinetron dan film
3.3
Dampak dari Kesenian
Dampak positif :
·
Melestarikan nilai-nilai budaya
leluhur
·
Menimbulkan solidaritas di
masyarakat
·
Mengajarkan etika pada masyarakat
·
Meningkatkan
perekonomian rakyat
·
Menentramkan kehidupan
masyarakat
Dampak negatif :
·
Munculnya karya seni
yang melanggar etika (pornografi)
·
Melunturnya nilai-nilai
tradisional akibat globalisasi budaya
·
Munculnya keragaman seni
sehingga muncul konflik
BAB IV
HUBUNGAN KESENIAN DENGAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
4.1 Hubungan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Kesenian
Indonesia memiliki keragaman yang salah satunya
adalah seni. Di dalam pembelajaran kesenian dengan pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia mempunyai kaitan, sastra mampu berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain,
yang disebut sebagai sastra interdisipliner. Pengkolaborasian ini salah satunya
dengan ilmu budaya yang disebut sebagai ilmu Antropologi sastra. Dengan
pendidikan Multikultural diintegrasikan menjadi bagian kurikulum di sekolah.
Untuk sastra bisa dituangkan misalnya dalam cerita rakyat atau dongeng, yang
bisa mengenalkan kita kepada kebudayaan dalam pembelajaran pendidikan
Multikultural.
v Bahasa merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki setiap manusia dan bahasa
itu dapat berkembang karena akal atau sistem pengetahuan manusia. Atas dasar
itu, hubungan bahasa dengan seni adalah bahasa sebagai sarana pengembangan
seni. Seni yang ada di Indonesia dikembangkan melalui bahasa Indonesia.
Kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia adalah kesenian yang dapat
dimengerti dan dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sarana untuk memahami
kesenian adalah bahasa Indonesia.
v Bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa
berperan sebagai sarana pewarisan seni dari generasi ke generasi. Menurut
Robert Sibarani (2002) dalam kebudayaan nenek moyang yang meliputi pola hidup,
tingkah laku, adat istiadat, cara berpakaian, dan sebagainya dapat kita warisi
dan wariskan kepada anak cucu kita melalui bahasa. Atas dasar itu, hubungan
bahasa dengan seni adalah bahasa berperan sebagai sarana pewarisan seni dari
generasi ke generasi. Kesenian nenek moyang kita yang sudah ada beratus-ratus
tahun lalu masih bisa dipelajari oleh kita sekarang hanya karena bantuan
bahasa. Kesenian yang tertulis dalam naskah-naskah lama, yang mungkin ditulis
beratus-ratus tahun lalu bisa kita nikmati sekarang hanya karena ditulis dalam
bahasa.
v Hubungan bahasa dengan seni adalah bahasa berperan dalam penamaan atau
pengistilahan unsur-unsur seni baru sehingga dapat disampaikan dan dimengerti
oleh yang menerimanya. Setiap unsur kesenian, dari unit yang terkecil sampai
yang terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran dan
pengajaran kesenian, nama atau istilah itu digunakan untuk menginventarisasi
kesenian untuk pengembangan selanjutnya.
v Bahasa tidak hanya berupa bahasa lisan dan tulisan, tetapi bahasa dapat
berupa bahasa isyarat. Bahasa isyarat ini dilakukan melalui gerakan-gerakan
anggota tubuh. Baik itu mata, jari, kepala, bahu, tangan, dan sebaginya.
Misalnya melalui pertunjukan seni tari. Melalui seni tari, seniman menyampaikan
pesan yang terkandung dalam tarian tersebut melalui bahasa tubuh. Bahasa
sebagai penghubung antara musisi dan seniman dengan khalayak.
Oleh karena itu, tarian
mengandung pesan yang ingin disampaikan seniman melalui bahasa nonverbal atau
melalui gerakan-gerakan tarian yang dilakukan. Malalui gerakan itulah khalayak
memahami makna tari yang dilakukan tersebut. Gerakan tarian itu bisa dipahami
khalayak karena adanya bahasa, yaitu bahasa isyarat. Tanpa adanya bahasa, maka
seni tari yang dilakukan tersebut akan berkurang fungsinya. Seni tari tersebut
hanya dijadikan sebagai hiburan, tidak lagi sebagai sarana pendidikan karena
tidak mengandung pesan yang disampaikan. Pesan tersebut dapat tersampaikan
hanya melalui bahasa. Atas dasar tersebut, hubungan bahasa dengan seni adalah
bahasa berperan menyampaikan pesan yang terkandung dalam seni, baik itu seni
tari, seni rupa, maupun seni musik. Selanjutnya, pada pertunjukan seni musik.
Bahasa memperindah seni musik melalui syair lagu yang dinyanyikan. Jadi, pada
seni musik tersebut, tidak hanya instrument yang memperindahnya
melainkan juga syair lagu yang merupakan bahasa.
v Bahasa sebagai penghubung antara seniman dan musisi dengan instrument.
musisi mempelajari kunci-kunci pada instrument sehingga mereka bisa
memainkannya dengan melodi yang indah. Kunci-kunci tersebut menggunakan bahasa
seperti: do re mi fa sol la si do, atau A B C D E F G.
v Bahasa sebagai sarana berekspresi dalam seni. Melalui seni, manusia bisa
berekspresi. Dalam berekspresi tersebut, manusia menggunakan bahasa untuk
menumpahkan kreativitas dan bakat yang mereka miliki.
v Berperan penting pada proses penciptaan seni. Manusia terinspirasi
menciptakan seni dari bahasa. Tanpa bahasa, seni tidak bisa diciptakan.
Misalnya, manusia menciptakan lagu menggunakan bahasa, menciptakan tari
menggunakan bahasa berupa bahasa nonverbal yaitu gerak tubuh, menciptakan
lukisan menggunakan bahasa simbol, seperti warna-warna dan lambang-lambang
karena banyak seniman mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk
(seperti melati yang bermaksud duka/kematian dan mawar merah yang bermaksud
cinta).
Berdasarkan penjelasan hubungan bahasa dengan seni
tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni sangat bergantung pada bahasa. Tanpa
bahasa seni tidak akan bisa berkembang, tidak bisa dipelajari dan diwarisi,
tidak mampu menyampaikan pesan, serta tidak bisa berfungsi sebagai penghubung
antara seniman dengan khalayak.
Sebaliknya, seni juga turut mempengaruhi bahasa. Tanpa
seni, bahasa tidak akan bervariasi dan tidak mengandung keindahan. Misalnya
dalam bahasa sastra, seni sangat berperan penting bagi pengarang untuk
menciptakan bahasa yang indah yang dalam istilah bahasa lebih dikenal dengan
estetika. Unsur-unsur seni dalam bahasa yaitu keutuhan, keragaman,
keseimbangan, keselarasan dan penekanan yang tepat. Dengan adanya unsur-unsur
tersebut pencipta sastra dapat menetapkan maksud atau isi hati dengan jelas.
Selain itu, seni berbahasa memberikan keunikan yang khas bagi seseorang dan
memberikan gaya serta nada yang membedakan penggunaan bahasa antara orang yang
satu dengan yang lain. Dalam istilah bahasa, hal ini lebih dikenal dengan
retorika (seni berbicara).
4.2 Unsur-Unsur Seni dalam Bahasa dan
Sastra Indonesia
Unsur-unsur seni
dalam bahasa yaitu keutuhan, keragaman, keseimbangan, keselarasan dan penekanan
yang tepat.Dengan adanya unsur-unsur tersebut pencipta sastra dapat menetapkan
maksud atau isi hati dengan jelas. Selain itu, seni
berbahasa memberikan keunikan yang khas bagi seseorang dan memberikan gaya
serta nada yang membedakan penggunaan bahasa antara orang yang satu dengan yang
lain. Dalam istilah bahasa, hal ini lebih dikenal dengan retorika (seni
berbicara).
4.3 Fungsi Bahasa dan sastra
Indonesia dalam Kesenian
Syamsuddin (1985:74) mengungkapkan beberapa fungsi bahasa dalam kesenian
masyarakat adalah:
1.
Fungsi pemersatu: menghubungkan
semua penutur berbagai dialek bahasa.
2.
Pemberi kekhasan (unik):
membedakan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.
3.
Pembawa wibawa: penutur yang
mahir berbahasa dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
4.
Sebagai kerangka acuan : bahasa
memiliki norma dan kaidah yang dijadikan tolak ukur bagi benaar atau tidaknya
bahasa seseorang.
4.4 Hubungan Kesenian dengan
Pembelajaran Multikultural, Bahasa dan
SastraIndonesia
Pendidikan
multikultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa
Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era globalisasi dan
menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya.Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.Hubungan kesenian
dengan pendidikan multikultural adalah pembelajaran yang memberikan wadah untuk
memahami berbagai ragam kesenian yang dimiliki
Indonesia dari sabang sampai merauke.Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia kita diajarkan bagaimana cara kita berbahasa.
BAB V
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
5.1 FUNGSI PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
1. Sarana Peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
2. Sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmupengetahuan,
teknologi dan seni
3. Sarana penyebarluasan
pemakaina bahasa Indonesia yang baik untukkeperluan menyangkut berbagai masalah.
Sarana pengembangan penalaran dan saranapengembangan beragam budaya Indonesia
melalui kesustraan Indonesia
5.2 TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
1. Siswa menghargai dan
mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa
Negara. Siswa juga bisa menikmati karya sastra untuk mengembangkan sastra
Indonesia dalam budaya
2. Siswa memahami bahasa
Indonesia dari segi bentuk makna dan fungsi serta menggunakan dengan tepat dan
kreatif untuk bermacam – macam tujuan,
keperluan dan keadaan
3. Siswa mampu memiliki
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatakan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan social
BAB
VI
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
6.1 KONSEP PEMBELAJARAN
MULTKULTURAL
Pendidikan multikultural mempunyai dua tanggung jawab
besar, yaitu menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus
budaya luar di era globalisasi dan menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari
berbagai macam budaya. Bila kedua tanggung jawab besar itu dapat dicapai, maka
kemungkinan disintegrasi bangsa dan munculnya konflik dapat dihindarkan. Rahman
(2005) menyatakan bahwa konflik-konflik kedaerahan sering terjadi seiring
dengan ketiadaan pemahaman akan keberagaman atau multikultur. Oleh karena untuk
mencegah atau meminimalkan konflik tersebut perlu dikembangkan pendidikan
multikultural.
Pendidikan multikultural merupakan upaya kolektif suatu
masyarakat majemuk untuk mengelola berbagai prasangka sosial yang ada dengan
cara-cara yang baik.
6.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
MULTIKULTURAL
1. Menciptakan hubungan lebih serasi dan kreatif di antara
berbagai golongan penduduk dalam masyarakat.
2. Melalui pendidikan multikutural, siswa yang datang dari
berbagai golongan dibimbing untuk saling mengenal cara hidup mereka,
adat-istiadat, kebiasaan, memahami aspirasi-aspirasi mereka, serta untuk
mengakui dan menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk menyatakan diri
menurut cara masing-masing.
Beberapa hal yang dibidik dalam pendidikan multikultural
ini adalah:
Pertama, pendidikan
multikultural menolak pandangan yang menyamakan pendidikan (education)
dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan
program-program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan
sebagai transmisi kebudayaan juga bermaksud membebaskan pendidik dari asumsi
bahwa tanggung jawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan
semata-mata berada di tangan mereka melainkan tanggung jawab semua pihak.
Kedua, pendidikan
menolak pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnis. Hal ini
dikarenakan seringnya para pendidik, mengasosiasikan kebudayaan hanya
dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient. Oleh
karena individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai
dialek atau bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi di mana
setiap pemahaman tersebut berbeda, maka individu-individu memiliki berbagai
tingkat kompetensi dalam sejumlah kebudayaan. Dalam konteks ini, pendidikan
multikultural akan melenyapkan kecenderungan memandang individu secara
stereotip menurut identitas etnik mereka. Malah akan meningkatkan eksplorasi pemahaman
yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak-didik dari
berbagai kelompok etnik.
Ketiga, pendidikan
multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan
mana yang akan diadopsi seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh situasinya.
Dalam melaksanakan pendidikan multikultural ini mesti dikembangkan prinsip
solidaritas. Yakni kesiapan untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi
pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas
menuntut untuk melupakan upaya-upaya penguatan identitas melainkan berjuang
demi dan bersama yang lain. Dengan berlaku demikian, kehidupan multikultural
yang dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain
diharapkan segera terwujud.
3.
Tujuan
utama multicultural education adalah mengubah (transformasi) berbagai
pendekatan belajar mengajar, mengubah konseptualisasi dan organisasinya
sehingga setiap individu dari berbagai kultur memperoleh kesempatan yang sama
untuk belajar dalam lembaga pendidikan. Kesempatan yang sama itu bukan
semata-mata memperoleh bangku sekolah, melainkan yang lebih penting adalah
selain kebersamaan dalam satu kelas, perhatian dan pelayanan penuh juga harus
ada terhadap kebutuhan khusus pendidikan (special education needs)
setiap individu.
Pembelajaran
bahasa Indonesia dalam konteks multikultural di sekolah, khususnya di tingkat
sekolah menengah perlu dilakukan karena para siswa hidup dalam masyarakat yang
beragam. Sehubungan dengan hal itu, pembelajaran bahasa Indonesia yang
bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia, baik secara lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan
terhadap hasil cipta manusia Indonesia, perlu mengangkat fenomena multibudaya.
Model pendidikan multikultural mencakup kurikulum yang
resmi serta hidden curriculum (kurikulum tak tertulis dan terencana tetapi
proses internalisasi nilai, pengetahuan, dan keterampilan justru terjadi di
kalangan peserta didik). Dalam kurikulum tersembunyi, pendidikan multikultural
sebaiknya diintegrasikan ke semua mata pelajaran dan kegiatan lintas kurikulum.
Sebaliknya wawasan multikulturalisme tidak dimasukkan sebagai beban tambahan
sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah dirasakan berat oleh
guru dan peserta didik.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Hubungan bahasa,sastra dan seni yaitu bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat, berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan kesenian
adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai
fungsi yang lain. MisalnyanMitos, berfungsi menentukan norma untuk perilaku
yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.Secara umum
kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.Jadi,hubungan
bahasa dan sastra dengan kesenian adalah Indonesia memiliki keragaman yang salah satunya adalah seni. Di dalam
pembelajaran kesenian dengan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia mempunyai
kaitan, sastra mampu berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain, yang disebut sebagai
sastra interdisipliner. Pengkolaborasian ini salah satunya dengan ilmu budaya
yang disebut sebagai ilmu Antropologi sastra. Dengan pendidikan Multikultural
diintegrasikan menjadi bagian kurikulum di sekolah. Untuk sastra bisa
dituangkan misalnya dalam cerita rakyat atau dongeng, yang bisa mengenalkan
kita kepada kebudayaan dalam pembelajaran pendidikan Multikultural.
Melalui seni, manusia mampu berinteraksi dan
berkomunikasi, baik melalui gerakan, suara, maupun alat musik. Untuk mengadakan
interaksi dan komunikasi tersebut, seni menggunakan bahasa sebagai medianya.
Hal ini merupakan salah satu korelasi antara bahasa dengan seni
7.2 Saran
Bahasa dan sastra Indonesia dengan kesenian tidak dapat dipisahkan,karenadi dalam pembelajaran kesenian dengan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia mempunyai kaitan, sastra mampu
berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain, yang disebut sebagai sastra
interdisipliner. Pengkolaborasian ini salah satunya dengan ilmu budaya yang
disebut sebagai ilmu Antropologi sastra. Dengan pendidikan Multikultural
diintegrasikan menjadi bagian kurikulum di sekolah. Untuk sastra bisa
dituangkan misalnya dalam cerita rakyat atau dongeng, yang bisa mengenalkan
kita kepada kebudayaan dalam pembelajaran pendidikan Multikultural.Jadi,sebagai
bangsa Indonesia yang mencintai kesenian,bahasa dan sastra Indonesia harus
tetap dilestarikan,karena antara bahasa dan sastra Indonesia dengan kesenian
mempunyai hubungan yang sangat erat. Sehingga keduanya bisa tetap berkembang
dengan baik dan tetap utuh.
DAFTAR PUSTAKA
-
Damono, Medium
Bahasa (1984), hlm.10.
-
Hidayat, Bahasa sebagai Sistem Lambang (2006), hlm.22.
-
Hidayat, Definisi Bahasa (2006),
hlm.22.
-
http://hamaguri-incridible.blogspot.com
/hubungan-dengan-kesusastraan-seni. Diterbitkan pada:/2011/04/
-
Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Definisi
Bahasa (2007), hlm.311.
-
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi I. Jakarta :
Rineka Cipta
-
Syamsuddin, Fungsi Bahasa dalam
Kesenian Masyarakat (1985), hlm.74.
-
Van Wijk, Definisi Bahasa (1985),
hlm.25.
-
Wellek dan Warren, Definisi
Sastra (1987), hlm.3.
-
Wellek dan Warren, Pengertian
Sastra (1987), hlm.3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar