HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Demi
memenuhi tugas Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu :
Ir. Aju Tjatur Nugroho K, S.Pt, M.P
Disusun
oleh :
Wiwin
Nur Indah Sari
130401080001
2013 A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KANJURUHAN MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga saya dapat
menyusun makalah yang berjudul “Hubungan
Ilmu dengan Filsafat”. Makalah ini saya buat dengan tujuan menjelaskan secara sederhana
untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan
ilmu dengan filsafat beserta kajiannya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Seperti pepatah yang mengatakan bahwa “tak ada gading
yang tak retak“ seperti pula makalah ini tentu
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, pembaca khususnya
pembimbing mata kuliah filsafat ilmu, dimohon kritik dan saran yang membangun
untuk
penyempurnaan makalah ini.
Malang, 27
Oktober 2013
Penulis
i
Daftar Isi
Kata
Pengantar .........................................................................................................
i
Daftar
Isi ........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................
2
1.3 Tujuan .........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Filsafat dan Ilmu
........................................................................................................
3
2.2 Hubungan Ilmu dan Filsafat
Awal
Kelahiran
.........................................................................................................
3
2.3 Hubungan antara Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
.........................................................................................................
4
2.4 Tujuan Ilmu dalam lingkup
filsafat ilmu
.........................................................................................................
6
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan .........................................................................................................
8
3.2
Saran .........................................................................................................
8
Daftar Pustaka ........................................................................................................
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat adalah
sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain termasuk didalamnya
adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan filsuf dianggap
sebagai suatu cabang filsafat yang sangat penting dan mesti dipelajari secara
mendalam. Filsafat tentunnya sangat berbeda dengan ilmu karena untuk mengkaji
dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu ternyata dasarnya adalah dengan
jalan berfikir secara mendalam atau berkontemplasi.
Dalam perumusan
suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut sebagai ilmu dan
pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu memberikan nilai-nilai
yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu
dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itu pula ternyata harus
melalui suatu proses yang oleh parah ahli disebut berfilsafat.
Filsafat secara
umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat
dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau
mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau
mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme
mengagungkan tabiat saleh.
Filsafat
ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jikalau diibaratkan keduanya
seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait. Untuk memahami
secara umum kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua hal itu yaitu filsafat
ilmu disatu sisi sebagai disiplin ilmu dan disisi lain sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.
1
Sebagai
sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang
membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik
tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat
ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka
dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara
sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan
bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni
berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman
deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa
Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada
pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja
pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan
sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir
dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung
didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan
ataupun kebaikan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi tentang
filsafat dan ilmu ?
2.
Bagaimana hubungan
ilmu dan
filsafat awal kelahiran ?
3.
Hubungan antara filsafat dengan
ilmu pengetahuan?
4.
Apa tujuan ilmu dalam lingkup
filsafat ilmu ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui definisi filsafat dan ilmu.
2.
Mengetahui hubungan
ilmu dan filsafat awal kelahiran.
3.
Mengetahui bagaimana hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.
4.
Mengetahui apa tujuan ilmu dalam
lingkup filsafat ilmu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Filsafat dan Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,
‘ilman yang berarti mengetahui,memahami dan mengerti benar-benar.
Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang
berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme
(pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998).
Filsafat
ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar
atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya
manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal
integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :
a. Hakikat Tuhan
b. Hakikat alam semesta, dan
c. Hakikat manusia
termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada
pahamnya tersebut.
2.2
Hubungan Ilmu dan
Filsafat
Awal Kelahiran
Ilmu pertama kali adalah
“filsafat”, sering disebut “induk” atau “ibu” dari ilmu pengetahuan atau mater
scientiarum. Ilmu-ilmu khusus (psikologi, biologi, astronomi, dsb) menjadi anak
asuh atau bagian dari “filsafat”. Ilmu-ilmu berkembang pesat dan hubungan antar
ilmu menjadi semakin jauh, tidak ada lagi penghubung antar ilmu-ilmu, muncul
arogansi dan kesombongan antar ilmu-ilmu, dan filsafat terpanggil untuk
menyatukan ilmu-ilmu.
3
2.3 Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf,
berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya
dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari
sisi ilmu pengetahuan, tapi harus memberikan ilmu pengetahuan.
Hubungan antara filsafat dan ilmu menggambarkan pola hubungan
antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu
dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas
antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof
pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan
filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan
loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya
perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan
kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian
filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal
perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu,
tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat
tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia.
Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya
praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang
terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas,
yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan
eksperimen.
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen
sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran
filsafat yang cenderung spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem
pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian
dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
4
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang
pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan
yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh)
dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada
posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu
dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan
melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia
yang memiliki sifat untuk terus maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat
pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara
berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya
percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat
bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab
filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti
dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini
juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh
filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan
melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan
demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof.
Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni
menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu,
maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan.
Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka
bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari
ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer,
dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan
filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah
persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan,
sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
5
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana
menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan
kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa
filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan,
namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir
ilmuwan.
Filsafat
yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat
menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang
lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi
dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu
cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan
persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri,
lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang
disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang
melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.
2.4 Tujuan Ilmu dalam lingkup
filsafat ilmu
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian
dari filsafat ilmu yang merupakan cabang dari filsafat. Yang dimaksud dengan filsafat
ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu,khususnya yang
berkenaan denganmetodenyadan kedudukannyadidalam skema umum disiplin ilmu.Untuk
mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah
dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti
berikut :
Filsafat
ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur
penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk
mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi
bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
6
Metode yang
diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis,
data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan
istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
Filsafat
ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan
upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional
(ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang
logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi
pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”,
seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain
filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri
dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai
ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan
yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah keinginan yang
mendalam untuk mendapatkan kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk
menjadi bijak, atau cinta kebijakan. Filsafat
dan ilmu pendidikan merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Brauner dan Burns (Problem in
Education Philosophy) bahwa pendidikan dan filsafat itu tidak dapat dipisahkan
karena yang dijadikan sasaran/tujuan pendidikan juga dijadikan
sasaran/tujuan filsafat yaitu kebijaksanaan. Filsafat dan pendidikan itu tidak dapat
dipisahkan. Dalam hal ini filsafatlah yang menetapkan konsep, ide-ide dan
idealisme atau ideologi yang dibutuhkan sebagai dasar/landasan dan tujuan
pendidikan. Dan pendidikan merupakan usaha yang mengupayakan agar ide-ide
tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan bahkan membina
kepribadian. Atas dasar pemahaman itu pula maka filsafat Pancasila selain
diakui sebagai dasar dan ideologi negara dan pandangan hidup bangsa, tetapi juga
Pancasila dijadikan filsafat dan dasar pendidikan di Indonesia. Sebagai dasar
dan filsafat pendidikan berarti Pancasila harus dijadikan landasan pemikiran
dan dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan
pendidikan di Indonesia; dan juga harus dijadikan dasar pijakan/moral bagi
pendidik (menjadi filsafat pendidik) di dalam melaksanakan kegiatan pendidikan atau kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3.2 Saran
Dalam pembelajaran ini, hendaknya kita menyeimbangkan
antara hubungan filsafat dengan ilmu, agar perkembangan pola pikir manusia
semakin meluas demi mencapai kebenaran dan tujuan yang praktis.
8
Daftar
Pustaka
iii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar