Minggu, 30 Maret 2014

Filsafat Ilmu

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Demi memenuhi tugas Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Ir. Aju Tjatur Nugroho K, S.Pt, M.P

logo unikama.jpg

Disusun oleh :
Wiwin Nur Indah Sari
130401080001
2013 A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013

KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudulHubungan Ilmu dengan Filsafat”. Makalah ini saya buat dengan tujuan menjelaskan secara sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan  ilmu dengan filsafat beserta kajiannya.
            Saya juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Seperti pepatah yang mengatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak“ seperti pula makalah ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, pembaca khususnya pembimbing  mata kuliah filsafat ilmu, dimohon kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.





Malang, 27 Oktober 2013


Penulis  





i

Daftar Isi

Kata Pengantar                       ......................................................................................................... i
Daftar Isi                                 ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                  ......................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah             ......................................................................................................... 2
1.3  Tujuan                               ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Filsafat dan Ilmu
            ........................................................................................................ 3
2.2 Hubungan Ilmu dan Filsafat Awal Kelahiran
            ......................................................................................................... 3
2.3 Hubungan antara Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan     
            ......................................................................................................... 4
2.4 Tujuan Ilmu dalam lingkup filsafat ilmu
            ......................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan                       ......................................................................................................... 8
3.2 Saran                                 ......................................................................................................... 8
Daftar Pustaka                                    ........................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain termasuk didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan filsuf dianggap sebagai suatu cabang filsafat yang sangat penting dan mesti dipelajari secara mendalam. Filsafat tentunnya sangat berbeda dengan ilmu karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu ternyata dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam atau berkontemplasi.
Dalam perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut sebagai ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu memberikan nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itu pula ternyata harus melalui suatu proses yang oleh parah ahli disebut berfilsafat.
Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh.
Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jikalau diibaratkan keduanya seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait. Untuk memahami secara umum kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai disiplin ilmu dan disisi lain sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.




1
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan ataupun kebaikan.


1.2   Rumusan Masalah

1.      Apa definisi tentang filsafat dan ilmu ?
2.      Bagaimana hubungan ilmu dan filsafat awal kelahiran ?
3.      Hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan?
4.      Apa tujuan ilmu dalam lingkup filsafat ilmu ?

1.3   Tujuan

1.      Mengetahui definisi filsafat dan ilmu.
2.      Mengetahui hubungan ilmu dan filsafat awal kelahiran.
3.      Mengetahui bagaimana hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.
4.      Mengetahui apa tujuan ilmu dalam lingkup filsafat ilmu.






2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Filsafat dan Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui).  Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998).
Filsafat ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :
a. Hakikat Tuhan
b. Hakikat alam semesta, dan
c. Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.

2.2  Hubungan Ilmu dan Filsafat Awal Kelahiran
Ilmu pertama kali adalah “filsafat”, sering disebut “induk” atau “ibu” dari ilmu pengetahuan atau mater scientiarum. Ilmu-ilmu khusus (psikologi, biologi, astronomi, dsb) menjadi anak asuh atau bagian dari “filsafat”. Ilmu-ilmu berkembang pesat dan hubungan antar ilmu menjadi semakin jauh, tidak ada lagi penghubung antar ilmu-ilmu, muncul arogansi dan kesombongan antar ilmu-ilmu, dan filsafat terpanggil untuk menyatukan ilmu-ilmu.


3
2.3  Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan

Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf, berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari sisi ilmu pengetahuan,  tapi harus memberikan ilmu pengetahuan.
Hubungan antara filsafat dan ilmu menggambarkan pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al  Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia.
Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.



4
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan.
Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.


5
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
 Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.

2.4 Tujuan Ilmu dalam lingkup filsafat ilmu
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian dari filsafat ilmu yang merupakan cabang dari filsafat. Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu,khususnya yang berkenaan denganmetodenyadan kedudukannyadidalam skema umum disiplin ilmu.Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti berikut :
Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.

6
Metode yang diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.
Filsafat ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”, seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.
Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.












7
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak, atau cinta kebijakan. Filsafat dan ilmu pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Brauner dan Burns (Problem in Education Philosophy) bahwa pendidikan dan filsafat itu tidak dapat dipisahkan karena yang dijadikan sasaran/tujuan pendidikan juga dijadikan sasaran/tujuan filsafat yaitu kebijaksanaan. Filsafat dan pendidikan itu tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini filsafatlah yang menetapkan konsep, ide-ide dan idealisme atau ideologi yang dibutuhkan sebagai dasar/landasan dan tujuan pendidikan. Dan pendidikan merupakan usaha yang mengupayakan agar ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan bahkan membina kepribadian. Atas dasar pemahaman itu pula maka filsafat Pancasila selain diakui sebagai dasar dan ideologi negara dan pandangan hidup bangsa, tetapi juga Pancasila dijadikan filsafat dan dasar pendidikan di Indonesia. Sebagai dasar dan filsafat pendidikan berarti Pancasila harus dijadikan landasan pemikiran dan dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia; dan juga harus dijadikan dasar pijakan/moral bagi pendidik (menjadi filsafat pendidik) di dalam melaksanakan kegiatan pendidikan atau kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3.2 Saran
Dalam pembelajaran ini, hendaknya kita menyeimbangkan antara hubungan filsafat dengan ilmu, agar perkembangan pola pikir manusia semakin meluas demi mencapai kebenaran dan tujuan yang praktis.



8
Daftar Pustaka























iii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar